Minggu, 05 April 2009

" Mutiara yang Hilang "


Bunda ………
Dulu ada sekelompok mutiara, dia bersinar, dia terang ....... dan semakin terang.
Semua orang memandang dengan kagum,
Tidak henti mengucap asma Allah
Dan bergegas mengikutinya ......................
Kata orang itula yang dinama ”ILMU” dimasa kejayaan ”ISLAM”
Beratus tahun setelah zaman dahulu itu,
Mutiara itu mulai nampak meredup, suram...... Dan berserakan,
Perlahan tapi pasti serpihannya yang indah pergi meninggalkan bumi Islam.
yang meratap menangisinya.
Bumi menjerit ”ILMU” kembalilah kepangkuan Islam..??
Ilmu menjawab lirih, ”Aku ingin kembali ke bumi,
Ingin sekali tetapi.....
Siapa yang sanggup memelihara dan mengajakku kelak??
Sekarang aku aman dalam cengkraman
Orang tak beriman
Mereka menggunakan aku untuk menghancurkan dunia.
Bumi tersayat ”wahai Khalifah fill aldrhi dimanakan engkau berada..?
Bukan memelihara ilmu termasuk tugas?
Mengapa engkau lalai...??
Apakah engkau mengira akan masuk surga sebelum
Datang cobaan seperti orang-orang sebelumnya....?
Bunda...
Mutiara itu yang dipanggil ilmu, sesungguhnya milik kita, izinkan ananda berjuang untuk mendapatkannya.
Karena ilmu ditangan orang beriman adalah untuk memelihara dunia,
Tetapi.....
Ilmu ditangan orang yang tak beriman adalah untuk menghancurkan dunia!!!!
Allhuakbar!!!! Allahuakbar!!!!!
”Wahai jiwa yang terlena, aku campakkan engkau,
Agar mutiaraku yang hilang. Kembali ke pangkuan Islam”

By Bunda Ismail, Syifa dan Zacharia.

“JISc ada… karena ALLOH menghendaki..”


Mulanya biasa saja, tak ada mimpi dan cita - cita, bahwa sekolah ini akan membentuk khalifah.

Dimulai dari seorang ibu rumah tangga yang tak cukup dengan cinta, dia buktikan bahwa anak dilahirkan untuk beribadah.
Dibukalah sekolah dengan menyewa gedung tua, harapannya hanya satu, kucoba tiga bulan saja, kalau tak berhasil tak apa.

Tepat tanggal satu, di gedung ungu , dering telpon bertalu-talu, dengan percaya diri kujawab sapa calon orangtua, bahwa sekolah ini bukan sekolah biasa, tetapi tempat yang akan melahirkan pemimpin bangsa.

Sebagian orang percaya, sebagian lagi diam saja, dan ada juga yang marah - marah, melihat dibelakang ayunan ada teralis kamar penjara. Namun karena asa demikian kuat membara, rasa malu terbuang sudah, yang tersisa hanyalah ; teruskan cita-cita jangan kecil hati, walaupun setengah orang , berlalu pergi…. tak kembali.

Tanggal 17 Mei 2002, satu demi satu, para ibu menitipkan anaknya dalam genggaman tangan ini, bukan lembaran merah yang membuat tangan ini tergetar, tetapi, amanah yang diterima sungguh tak ternilai. Dari hanya satu, AllOh kumpulkan semua menjadi seratus sembilan puluh tujuh. Bermula digedung tua berwana ungu.

Guru demi guru meting dan training setelah pelajaran usai, tak kan berhenti walau airmata jadi perisai. “Tenang, ini adalah training terakhir, demikian janjinya. “Sabar, setelah ini tak ada meting lagi”. Dan begitu katanya setiap hari , dari pangkalan jati, curug, kodam, sampai ….. hari..ini.

Kalau sekarang, sudah ada gedung kodam, itu terbangun bukanlah tanpa perjuangan, bukan pula tanpa ketegangan, dengan mengusung masa depan n amanah sebanyak 856, perjalanan panjang harus diteruskan, sampai semua keraguan terbang bak layang-layang.
Kuteringat dimalam hari, rasanya ingin lari dari semua amanah ini, yang tak disangka mengapa sampai seberat ini. Tak dapat dibagi, tak dapat diwakili, Amanah itu mengikuti seperti baying - bayang, dia berlari mengejarku kemanapun aku pergi, menghujam jiwaku…,mengisi relung hatiku, mewarnai pembicaraanku, menguasai pikiranku dan menghalau perhatianku kepada amanah yang hakiki, putra putriku, yang dengan sabar menanti, dan dengan tegar memahami, n mengikis rasa iri saling menghibur diri dan berbisik hati- hati : “ Umi, bukan….. milikku… lagi.”

Empat tahun berlalu sudah, masa berlalu dengan sejuta kisah, peristiwa demi peristiwa mengukir sejarah, sampai akhirnya, dari sepotong kecil cita-cita seorang ibu yang penuh dengan cinta, dari sekumpulan guru - guru yang sibuk mengajarkan mutiara hikmah, dari kesibukan kesibukan karyawan yang tidak mengenal lelah, maka : lahirlah sebuah konsep khalifah, konsep yang bercita - cita melahirkan pemimpin dunia, yang dia akan kembali menguasai dunia, yang mampu berbahasa dunia, , bila siang bagaikan singa, bila malam menjadi hamba yang mencucurkan airmata, yang memakai tekhnologi untuk memakmurkan dunia, yang memanfaatkan hamparan langit dan samudera untuk beribadah,.. semua itu tak mungkin terjadi dalam sekelip mata, membutuhkan pengertian dan kerjasama, memerlukan aksi yang terencana, sehingga sepenggal cita-cita akan terealisasi,walau harus menunggu seratus tahun lagi.,,Namun jika ALLOH menghendaki, semua itu mungkin…… terjadi.

hampir empat tahun berjalan, perlahan tapi pasti,….. akupun menyadari, Jisc ada bukan untukku, Jisc ada bukan untuk anakku , tetapi peristiwa demi peristiwa, semakin menguatkan pemikiranku, bahwa : “Jisc ada…….. karena ALLOH menghendaki…”